Selasa, 04 Agustus 2015

INDONESIA: BANGSA, DAN IDEOLOGI

INDONESIA: BANGSA, DAN IDEOLOGI



Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan mereka untuk Indonesia adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Di tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker\(1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk Indonesia yang tidak mengandung unsur kata “India”, yaitu dengan nama Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19, lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes, dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom, tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian Nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebut pulau-pulau diluar Jawa (Antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Dalam Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa.” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata Nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi Jawa-sentris itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Malayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi modern Nusantara itu. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia-Belanda. Sampai hari ini istilah Nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan kepulauan di Asia Tenggara.
Nama Indonesia dalam Jurnal Ilmiah1
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA),2 dalam JIAEA itu, volume IV, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel “The Ethnology of the Indian Archipelago”. Ia menggunakan nama “Indunesia”, lalu dengan merubah huruf u dengan huruf o agar ucapannya lebih baik, maka lahirlah istilahIndonesia. Saat itulah untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia, sebagaimana tertulis pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
“Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago”.
Selanjutnya Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya. Lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin, Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipelsebanyak lima jilid, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang mempopulerkan istilah “Indonesia”di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian.3 Orang pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama “Indonesische Pers-burea”.
Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch(Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917) Sejalan dengan itu, kata inlander (pribumi) diganti dengan IndonesiĆ«r (orang Indonesia).
Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Secara resminya tanggal 17 Agustus 1945 nama itu (Indonesia) menunjuk kepada:negara, bangsa, dan bahasa.4
Nasionalisme, Islamisme, dan Komunisme
Untuk mengenal dan memahami Indonesia secara menyeluruh, mari kita tinjau pemahaman yang berkembang sejak awal “pergerakan, perjuangan” anak bangsa tersebut. Kita coba telusuri sejarahnya dari masa akhir penjajahan Hindia-Belanda di Nusantara. Kemudian dilanjutkan dengan masa pendudukan Jepang, sampai awal berkobarnya api-revolusi di Indonesia.
Diharapkan, dengan memahami ideologi bangsa ini, dapat membantu kita untuk memahami dan menerima fakta keberadaan serta berdirinya “Tiga Negara” di Indonesia, yaitu Republik Rakyat (Komunis) Indonesia (1948),5 Negara Islam Indonesia (NII, 1949) dan Republik Indonesia Serikat (RIS, 1949). Dengan penjelasan ini pula diharapkan tidak ada pandangan yang mengkorup (menghilangkan) saham serta andil masing-masing aliran atau paham beserta organisasinya dalam revolusi nasional 17 Agustus 1945 yang mengorbankan tidak sedikit jiwa, raga, dan harta bangsa.
Di bawah ini akan dipaparkan “khulashah (ringkasan) sejarah bangkit dan berkembangnya aliran/ideologi dan saluran-pemikiranya”, selama setengah abad, di Indonesia. Semuanya dibentangkan dengan ringkas, berupa tinjauan selayang pandang, tetapi cukup jelas, sehingga pembaca bisa mendapat gambaran utuh atas semua peristiwa yang terjadi di Indonesia. Kita mulai dengan membahas Nasionalisme.
Nasionalisme
Tahun 1905, adalah tahun kemenangan Jepang atas Rusia dan menjadi simbol tahun kemenangan Timur atas Barat. Tahun ini merupakan pembuka halaman baru dalam sejarah dunia, khususnya bagi benua Asia. Berita kemenangan tersebut terdengar dan berkumandang di seluruh Asia, sebagai canang (momentum) pertama, yang membangkitkan bangsa Asia- juga di nusantara Indonesia- dari tidur-panjang selama berabad-abad.
Kepercayaan dan keyakinan lama yang salah dan keliru berserta sifat mental dan tabiat yang merasa hina dan rendah diri atau minder (inferiority complex), beralih menjadi sifat mental yang sebaliknya, yaitu rasa percaya dan yakin diri6 Ia bergerak secara perlahan, berangsur-angsur tapi pasti, sejalan dengan terkuaknya suasana gelap-gulita, yang amat tebal menyelimuti dan menyelubungi benua Asia pada saat itu.
Sementara itu di Tiongkok, Dr. Sun Yat Sen mulai menunjukkan  minatnya yang besar untuk melepaskan bangsa Tiongkok (China) dari kungkungan dan cengkraman imprialisme serta kapitalisme, yang dengan kuat serta megah menancapkan kekuatan dan kekuasaannya atas hampir setiap penjuru kawasan Asia. Sedangkan di Indonesia, kaum terpelajar dan golongan menengah menampakkan kesadarannya atas nasib bangsa dan tanah airnya pada tahapan pertama, yaitu dengan mendirikan suatu perhimpunan kebangsaan, bernama: “Tri Koro Dharmo” (tiga tujuan yang utama) 1908.
Dari tahun ke tahun, benih pertama itu hidup dengan subur di tengah masyarakat menengah ketika itu. Kemudian perhimpunan tersebut berubah corak dan ragamnya menjadi “Budi Utomo”.
Sekitar 22 tahun kemudian tumbuh dan berkembang aliran kebangsaan muda, yang jauh lebih revolusioner, lebih kreatif, lebih realistis dan progresif bahkan kadang-kadang agresif. Yaitu lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI) dibawah kepemimpinan para pemimpin muda yang berapi-api semangatnya. Diantara pemimpin kebangsaan muda ini adalah: Ir Soekarno, Drs. Mohd Hatta, dan Syahrir, yang memegang peranan penting di dalamnya.
Pada akhir tahun 1927 berkembang beberapa perhimpunan politik, diantaranya: PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia) dibawah pimpinan Haji Omar Syarif (HOS) Cokroaminoto dan H. Agus Salim; Studi-club Surabaya, dibawah pimpinan Dr. Sutomo; Studi-club Bandung; Kaum Betawi, dibawah pimpinan Muhd. Husni Thamrin dll. Dari beberapa perhimpunan politik tersebut berdirilah satu lembaga politik dengan nama: Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia, atau PPPKI.
Dengan pesat dan cepat, laksana garuda terbang di angkasa,PNI bergerak mendahului perhimpunan-perhimpunan lainnya yang lebih tua, dan menjadi “pelopor” serta pendorong semangat kesadaran masyarakat nasional Indonesia.
Dengan cerdiknya, pemerintah penjajah Belanda pada waktu itu “membiarkan” letupan jiwa yang menyala-nyala tersebut, sehingga menjadi sebuah gerakan yang menjadi alasan bagi Belanda untuk menangkap, menahan, dan menghukum serta membuang para pemimpin nasional muda saat itu, yaitu Ir. Soekarno, danDrs.Mohd Hatta, beserta kawan-kawannya. Maka selesailah sudah riwayat pertama dari perjalanan aliran kebangsaan muda itu, yang– untuk memudahkan ingatan kita – diberi nama: PNI I (PNI Periode Pertama).
Sebelum kita membahas lebih lanjut, mari kita lihat dulu isi dan inti dari gerakan kebangsaan muda itu, bagaimana ia dapat tumbuh dan berkembang dengan menakjubkan.
Dalam pertemuan-pertemuan umum selalu didengung-dengungkan slogan dari teori yang menarik perhatian dan mendarah daging di sanubari rakyat, yaitu teori tentang Marhainisme, atau dalam sebutan lain: Proletarisme–Kerakyatan (rakyat jelata).Slogan ini sangat sesuai dengan kondisi, semangat, cita-cita dan harapan rakyat jelata (proletar) pada masa itu.
Selain itu, dikumandangkan pula dengan lantang dan tegas: slogan dari teori Sosio-Demokrasi (Kerakyatan menuju Keadilan Sosial), yang hampir mirip dengan pemikiran Nazi-Jerman atau Sosio-Nasionalisme ciptaan Adolp Hitler, atau Fasisme Itali ala B.Mussolini.
Dapat kita gambarkan bahwa Marhainisme itu sebagai “chauvinisme” (nasionalisme sempit) dalam realisasi dan kristalisasinya, juga menunjukkan sifat “anti asing” (anti orang asing dan barang buatan asing). Dari pandangan ini timbullah aksi “ahimsa” atau perlawanan tidak bersenjata (leidelijk verzet) dan usaha “swadesi”  (mencukupkan keperluan sendiri, dengan usaha sendiri). Kedua pandangan ini adalah datang (diimport) dari India, yaitu dari pemikiran Mahatma Ghandi.
Walaupun nasionalisme sempit tersebut (chauvinisme) menimbulkan kebencian dan permusuhan kepada sesuatu yang berbau “asing”, tetapi dari pandangan ini muncul pemikiran yang memberikan jalan keluar lebih terang dan konkrit, yang bersifat inter-asiatisme, biasa disebut: Pan-Asiatisme. Slogan dan semboyan yang sering diperdengarkan dalam hal ini ialah: persatuan antara Naga Barongsai China, lembu Nandi India, Banteng Indonesia dan Matahari Terbit Jepang (di masa pendudukan Jepang, dikatakan: “di bawah sinar Matahari Dai Nippon”). Pan-Asiatisme ini tampaknya dapat dibandingkan dengan Internationale ke-3, untuk kaum Komunis di benua Eropah-Barat.
Perlu juga diperhatikan tumbuhnya satu model ideologi baru, berupa ideologi campuran antara nasionalisme Indonesia (waktu itu: Jawa) dan sosial-demokrat Barat. Yaitu berupa sosial-demokrasi- Indonesia (Indische Sociaal Democratie), dalam tubuh partai “Indische Partij”. Partai ini merupakan perhimpunan assosiasi antara Timur dan Barat, di bawah pimpinan “Tiga Sejoli”: Dr. Cipto Mangunkusumo, Deuwes Dekker (Setiabudi) dan Suwardi Suryaninggrat (Ki Hajar Dewantoro). Aksi yang terutama, ialah: “Indie weerbaar” (pertahanan untuk Hindia).
Beberapa tahun kemudian, setelah suasana politik di Indonesia agak reda, sisa-sisa semangat dan aliran kebangsaan muda yang seperti telah mati atau pingsan (latent), bangun dan bangkit kembali. Kemudian muncul dalam bentuk pergerakan yang sifatnya lunak (moderat), dengan nama:
1. Partai Nasional Indonesia (biasa disebut: PNI II). Namanya sama dengan PNI terdahulu. Karena PNI ini dianggap adik dari PNI I (yang sebelumnya), maka PNI II ini pun berada dibawah “pimpinan tidak langsung” dari Ir. Soekarno yang pada masa itu masih dalam pembuangan.
2. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI III). Juga berada di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh terdahulu, yaitu: Drs. Moh. Hatta, Syahrir, dll.
PNI II dan III ini tidak dapat bergerak dan mencapai maksud serta tujuan seperti yang mereka cita citakan secara maksimal karena tidak mampu menghadapi tangan besi pemerintah jajahan Belanda yang menekan dan menindas.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942) dan pemerintah penjajah Belanda lari ke Australia, maka usaha pertama dan utama yang dijalankan tentara pendudukan Jepang, ialah membasmi partai-partai dan perhimpunan-perhimpunan politik, dengan corak dan warna aliran atau fahan apapun. Tidak terkecuali PNI II dan III. Semuanya “dikubur hidup-hidup”, di Hookookai, suatu tempat model “sangkar mas”, yang sudah direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh Jepang. Bagi kaum Muslimin disediakan tempat yang bernama“Masyumi” yang merupakan medan bakti ciptaan Jepang.
Saat itu nyanyian lagu Jepang terdengar meriah dan memikat hati. Membawa jiwa manusia ke satu arah yang salah dan palsu, yaitu: persembahan kepada manusia yang diper-tuhan-kan (Tenno Heika), dengan dasar Sintoisme dan Hakko Iciu(impian “Kemakmuran Asia Timur Raya”).
Pada masa itu pula Soekarno-Hatta dkk. mencapai puncak “kemasyhurannya”, terutama sekali setelah Soekarno menciptakan satu “ideologi” baru yang bernama “Pancasila”.7 Yaitu suatu pemikiran berupa semacam “campuran masakan” yang terdiri dari sintoisme, hakko iciu, agama, dan nasionalisme. Dari sisi lain, di kalangan pemimpin Indonesia, yang masih tetap terkurung dalam “sangkar mas” itu, timbulah usaha untuk menentang atau menolak pendudukan Jepang. Mereka berusaha melepaskan rakyat dan bangsa Indonesia dari cengkeraman fasis Jepang. Dalam perkembangan selanjutnya usaha mereka ini menjadi cikal bakal bagi tumbuh-kembangnya gerakan yang amat besar dan dahsyat di zaman revolusi nasional, yang biasa disebut “gerakan bawah tanah”, gerakan gelap, atau gerakan subversif. Di antaranya seperti yang terjadi dalam peristiwa Singaparna, Cilegon, dan Kediri. Sungguhpun peristiwa-peristiwa (pemberontakan) tersebut merupakan usaha yang gagal, tetapi jasanya cukup besar dan berharga sebagai bagian dari rangkaian proses perjuangan sejarah Indonesia. Dapat dikatakan peristiwa itu sebagai titik awal dan garis pertama, yang menggambarkan minat dan hasrat bangsa Indonesia-–terutama ummat Islam—untuk melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan fasis Jepang.
Islamisme
Pada akhir tahun 1911 dan awal 1912, ummat Islam mulai bangun dan bangkit dari tidurnya. Di bawah kepemimpinan Haji Samanhudi dari Solo (kemudian dibantu dan dilanjutkan kepemimpinannya oleh Umar Said Cokroaminoto), didirikan Sarekat Dagang Islam (SDI), yang kemudian namanya menjadi Sarekat Islam.8
Usaha organisasi ini terutama diarahkan kejurusan sosial dan ekonomi, dengan dasar keagamaan (Islam). Perhimpunan ini bersifat massal, meliputi seluruh Ummat Islam, sehingga pengaruh gerak langkahnya amat besar, serta berkumandang jauh ke seluruh nusantara, dari Aceh hingga ke Marauke.
Setelah Perang Dunia I (1914-1918), kemudian ditandatanganinya Perjanjian Damai Versailles (1919), maka pemerintah jajahan Hindia Belanda menggunakan taktik licin, yaitu meninabobokan bangsa Indonesia, dengan “pemberian hak-hak politik” (walau amat sederhana dan kecil sekali), sehingga dibentuklah Volksraad 9dan badan-badan kenegaraan lainnya. Ini berlaku dimasa Idenburgh, sebagai Gubenur Jenderal di Hindia-Belanda.
Hak berpolitik itu diberikan, sesuai dengan kebijakan pemerintahan Belanda di Eropa ketika itu setelah perang dunia. Tujuannya untuk mencegah kerusuhan atau pemberontakan rakyat di tanah jajahan. Saat itu Belanda sedang konsentrasi mempertahankan negaranya.
Beberapa tahun kemudian, Sarekat Islam beralih sifat dan usahanya, menjadi sebuah perhimpunan politik, berdasarkan keputusan Kongresnya di Madiun (1921): Partai Syarikat Islam Hindia-Timur. Selanjutnya, 8 tahun kemudian berubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (1929, Kongres di Jakarta) dengan sendi-dasar yang lebih kuat dan teguh, serta program politik, ekonomi dan lain-lain yang lebih luas.
Bersamaan dengan itu Sarekat Islam mengalami perpecahan dari dalam dengan masuknya (infiltrasi) paham Komunis sehingga terbelah menjadi Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah. Dalam perkembangan selanjutnya, Sarekat Islam menjadi dua partai politik yang bertentangan satu sama lain, yakni: Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Karena tekanan pihak pemerintah jajahan Belanda atas kaum pergerakan pada umumnya, maka sikap lunak beralih menjadi keras, sikap ko (co-operation)menjadi non-ko (non-co-operation). Mereka keluar dan memisahkan diri dari badan-badan perwakilan yang dibentuk pemerintah jajahan Belanda pada waktu itu.
Sewaktu keadaan politik di Indonesia agak panas dan hubungan antar kaum pergerakan–-terutama PSII-–menjadi tegang, maka terdengar kabar (meski sayup-sayup, tapi cukup jelas dan terang) bahwa telah terjadi kudeta (coup d’etat) kaum Wahabi, dengan pimpinan Abdul Aziz ibnu Saud, dari tangan Syarif Husain, di Jazirah al-Arab (1925). Kemenangan kaum Wahabi dan beralihnya kekuasaan negeri Arab dari Syarif Husain kepada Abd. Aziz Ibnu Saud, tidak sedikit pengaruhnya bagi perhimpunan dan pergerakan Islam di Indonesia.
Dengan segera Ummat Islam di Indonesia mempersatukan diri di dalam suatu “permufakatan” (federasi), sebagai suatu blok Islam. Mereka mengirim utusan ke negeri Arab, yakni Umar Said Cokroaminoto dan K.H. Mas Mansur (masing-masing dari PSII dan Muhammadiyah). Kesempatan itu dipergunakan untuk menyelenggarakan sebuah Kongres Seluruh ‘Alam Islam, dan umat Islam Indonesia pun menjadi salah satu anggotanya, dengan nama: Mu’tamar al-‘Alam al-Islamy far’u al-Hindi asy-Syarqiyyah (MAIHS), Konggres Alam Islam Cabang Hindia-Timur.
Ikhtiar ummat Islam Indonesia memasuki jurusan Pan-Islamisme ini gagal, disebabkan besarnya halangan dan rintangan, saingan dan tantangan pihak imperialis (terutama Inggris). Di samping itu, ummat Islam sendiri belum cukup besar kesadaran dan himmahnya (semangatnya) untuk melaksanakan dan mewujudkan Pan-Islamisme itu, meskipun berpuluh-puluh tahun sebelumnya telah dirintis dan disosialisasikan oleh para pemimpin Islam Internasional seperti Jamaluddin al-Afghany, Muhammad Abduh dan Amir al-Husainy.
Setelah gagal dan buntu usaha Islam Internasional yang pertama itu, maka diutus untuk kedua kalinya K. H. Agus Salim ke negeri Arab. Hasilnya adalah terbentuknya sebuah perhimpunan Islam Internasional-–pengganti MAI yang kandas–bernamaAnsharu al-Haramain (Pembela kedua Tanah Suci: Makkah dan Madinah).
Selain jalan keluar melalui Pan-Islamisme, ummat Islam Indonesia (baca: PSII) juga mencari jalan keluar ke jurusan internasional “kiri dan merah-muda” (Sosialis, Sosial-Demokratis yang agak Komunistis). Mereka pun memperoleh hubungan administratif antara PSII dengan liga anti-imperialisme, anti-kapitalisme, dan antijajahan. Lembaga tersebut berpusat di Eropah Barat.
Usaha ini juga gagal, disebabkan antara lain tekanan dari penjajah Belanda. Dengan demikian pergerakan politik, sosial, ekonomi, keagamaan di Indonesia pada waktu itu, tidak banyak mencapai kemajuan, bahkan lesu dan kurang semangat, seakan-akan terdiam (statis).
Pada zaman awal pendudukan Jepang, semua perhimpunan politik Islam dibubarkan, kecuali MIAI (Majlis Islam A’la Indonesia). Lembaga yang didirikan beberapa tokoh dan organisasi Islam pada September 1937 ini, menjadi semacam lembaga media pertemuan bagi ummat Islam. Lembaga ini oleh pihak Islam muda, pihak revolusioner dan progressif digunakan sebagai sarana untuk menyusun dan mengatur “gerakan bawah tanah” seperti juga yang dilakukan kawan seperjuangan mereka di Hookookai dan badan “kebaktian” lainnya buatan “saudara tua” itu (Jepang). Karena dianggap politis (anti penjajah), MIAI dibubarkan Jepang yang kemudian menggantinya dengan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pada 24 Oktober 1943. Lembaga ini dimaksudkan oleh Jepang sebagai salah satu sarana untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia bagi kepentingan Jepang.10
Benih-benih subversif, di masa “sangkar mas” Jepang–yang sesungguhnya merupakan kamp konsentrasi (tawanan) yang halus- di kemudian hari pada saat menghadapi revolusi nasional, menjadi pendorong dan daya-kekuatan bagi gerakan kemerdekaan yang hebat.
Konsep Ad-Daulah al-Islamiyah11
Untuk melengkapi pengetahuan kita tentang ideologi Islam, kita coba paparkan paham dari konsep (aqidah) ad-Daulah al-Islamiyah (Disingkat dengan DI). Konsep ini secara tertulis telah ada dalam buku-buku yang diterbitkan PSII, yaitu cita-cita mendirikan Kerajaan Allah di bumi12, yakni bumi Allah (Indonesia), yang berbentuk Negara Islam, dimana Ummat Islam dapat melaksanakan Syariah Islam dengan sempurna.
PSII dalam rapat-rapatnya dan juga brosur serta tulisan lainnya telah merumuskan cara untuk merealisasikan konsep ad-Daulah al-Islamiyah tersebut. Hal ini dapat kita jumpai dalam artikel “Sikap Hijrah PSII” dan “ad-Daulah al-Islamiyah” sejak awal 1930-an. Banyak dari kalangan PSII yang menjadi pendukungnya. Biasanya mereka dipanggil atau digelari sebagai “orang-orang DI” dalam artian orang-orang yang berpaham ad-Daulah-al-Islamiyah.
Konsep DI ini memang dari ajaran ad-Dein, selaras dengan maksud Wahyu-Ilahi (al-Quran), misalnya ayat 44, 45 dan 47 Surah al-Maidah. Demikian juga bahwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah, merupakan usaha merealisasikan ad-Daulah al-Islamiyah (pemerintahan Islam). Oleh sebab itu, setiap Muslim dituntut agamanya untuk menerima dan membenarkan konsep ad-Daulah al-Islamiyah, walaupun kemudian dia lebih memilih untuk menetap dan tinggal di wilayah yang dikuasai kafir (Dar ul-Kuffar).
Disamping itu, ada juga istilah singkatan DI yang cukup popular digunakan di zaman itu, yang merujuk kepada arti Darul Islam. Istilah ini tepatnya bukan merupakan “konsep” tapi lebih menjurus kepada pembahasan dalam disiplin Ilmu-Fiqh (Perundangan Islam), dalam bab “politis-teritori”, yaitu untuk membedakan antara kawasan (wilayah) yang dikuasai Pemerintahan Islam, disebut Darul-Islam, dan kawasan yang dikuasai Pemerintahan Kafir disebut sebagai Darul-Kuffar. Sedangkan kawasan yang diperebutkan kedua belah pihak dinyatakan sebagai Darul-Harb. Tampaknya
kedua istilah DI tersebut biasa digunakan pada zaman pergerakan kemerdekaan ketika itu.
Komunisme
Revolusi komunis Rusia, akhir perang Dunia pertama (1917), adalah salah satu patok (babakan sejarah) maha penting dalam sejarah dunia, terutama mengenai perkembangan komunisme Internasional. Segera setelah selesai Perang Dunia I (1919), agen-agen komunis internasional, dengan pimpinan langsung dari Rusia-Internasionale III–menyebar dan menyelusup ke hampir setiap negara di seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Dalam penyebaran dan perkembangan komunisme di Indonesia antara lain perlu dicatat nama beberapa orang Belanda, seperti: Baars dan Sneevliet.13 Di antara murid-muridnya yang amat setia adalah: Sama’un, Darsono, Marco (Kartodikromo), Alimin, Muso, Aliarham, Tan Malaka dan lain-lain lagi.
Dengan cara menyusupkan komunisme ke dalam jiwa para pemimpin Sarekat Islam pada waktu itu, maka dengan segera perhimpunan tersebut terbelah menjadi dua aliran yang bertentangan satu dengan yang lainnya, sebagai musuh yang tak kenal damai.
Keputusan membuat Partai-Disiplin dalam kongres SI tahun 1921, telah memisahkan dua aliran dan anasir itu, sehingga masing-masing berdiri sendiri dengan bentuk partai politik SI Putih menjadi PSI HT (akhirnya: PSII) dan SI Merah sebagai tempat “aliran merah” di dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
Sikap pemerintah jajahan pada waktu itu adalah “melihat dan menanti”, sedangkan dalam prakteknya menerapkan politik “adudomba” (divede et impera)antara PSII dan PKI dengan diselingi tindakan yang secara “tidak langsung” (indirect): memukul kedua belah pihak. Yaitu dengan membentuk gerombolan dan perkumpulan pengacau, tukang pukul dan tukang tinju yang terhimpun dalam gerombolan Sarekat Hijo, Daf’ ul-Sial, al-Hasanah al-Khairiyah dan lain-lain (di masa belakangan juga muncul gerembolan Cap Jangkar), sebagai alat atau media pengacau yang dibiayai dan dipimpin langsung atau tidak langsung oleh pemerintah jajahan Belanda.
Semangat komunis muda yang berkobar-kobar waktu itu yang berpusat di Semarang, dengan kiblat Moskow, dan dengan petunjuk langsung dari agen-agen Lenin, bertujuan untuk dengan segera dan secepatnya merampas kekuasaan dari tangan pemerintah jajahan Hindia-Belanda.
Peristiwa ini terjadi pada akhir tahun 1926, dan terkenal dengan nama: Pemberontakan Komunis. Dalam tarikh tercatat sebagai kudeta Komunis yang pertama.
Peristiwa itu sebenarnya terjadi karena provokasi (paksaan yang halus) dari pihak pemerintah jajahan Belanda, beserta agen-agen provokatornya, yang sudah agak lama sebelumnya sengaja diselundupkan ke dalam tubuh pergerakan komunisme Indonesia. Dengan peristiwa tersebut, maka pihak pemerintahan jajahan mempunyai “alasan yang cukup kuat dan sah” untuk membasmi dan membinasakan komunisme di Indonesia.
Beribu-ribu orang, laki-laki perempuan, tua dan muda menjadi korban perjuangan komunisme, dan ada yang dibuang (diasingkan) ke Boven-Digoel. Diantara pemimpin yang ikut dibuang ialah Marco, yang beberapa tahun kemudian meninggal di tanah pengasingan itu.
Adapun pemimpin-pemimpin lainnya, mereka cepat-cepat meninggalkan Indonesia, pergi ke luar negeri, menuju Moskow. Di antara mereka ada yang mendapat “angin baik” hingga bisa sampai di ibu kota komunis itu, sedang sebagian besar lainnya terdampar di tengah jalan (Singapura, Bangkok, Rangoon, Shanghai, dan negara lainnya). Di antara mereka yang melarikan diri itu adalah Tan Malaka, Alimin, Muso, Sama’un, Darsono, dan Subakat.
Kesetiaan mereka kepada organisasi PKI dan induk organisasinya (di Rusia), nyata sekali dan terang benderang di kala mulai berkobar revolusi nasional di Indonesia (1945), terutama setelah revolusi tersebut agak reda. Mereka pulang kembali ke pangkalan semula, kecuali beberapa orang, dan tentunya dengan tugas khusus dari induk-organisasinya.
Sejak waktu itu, hingga berakhirnya pemerintah jajahan Belanda (awal 1942), tidak tampak tanda-tanda, bahwa komunis di Indonesia akan hidup dan bangkit kembali, seakan-akan pingsan kena pukulan yang amat hebat.14
Tiga Negara di Republik Indonesia
Bom atom yang dijatuhkan di kota Hirosima dan Nagasaki, Jepang, oleh Amerika merupakan pertanda berakhirnya Perang Dunia II yang berlangsung selama tiga tahun (1942-1945). Masing-masing pihak yang bertikai ingin menyelesaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan peperangan secara cepat dan tepat, yaitu diantara pemenang perang (Sekutu) atau negara-negara yang kalah.
“Dunia baru” tercipta dengan perubahan peta negara-negara di dunia dan sekaligus terbentuk perhimpunan Bangsa-bangsa Bersatu (United Nation, 1946). Saat itu banyak bermunculan negara-negara baru di bekas tanah jajahan Inggris, Prancis, Belanda, Spanyol, Amerika dan lainnya.
Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan 17 Agustus 1945 di Jakarta, maka setiap golongan dan partai pun bangkit secara serentak untuk turut mempertahankan dan menggalang pembentukan negara baru, yaitu negara Republik Indonesia. Tentunya masing-masing golongan dan partai selalu mengandung maksud dan cita-cita masing-masing yang tersembunyi, yakni: mengedepankan dan memperjuangkan ideologi masing-masing partai.
Proklamasi Nasional ini merupakan tonggak dari mulainya sebuah revolusi nasional. Gaungnya sampai ke seluruh nusantara.Membakar semangat rakyat ikut menggelorakan revolusi. Semua aliran dan lapisan ikut serta dengan kadar kekuatan dan kesempatannya. Tidak ada pengecualian, dan memang tidak mungkin ada. Semuanya ikut serta, kalau bukan karena kesadaran, setidaknya karena takut dituduh anti-revolusi atau kontra-revolusi, atau didakwa sebagai agen imperialisme atau agen provokator (Belanda).
Lazimnya negara yang baru lahir dari rahim sebuah revolusi, sudah pasti menghadapi berbagai ujian, baik dari pihak penjajah lama (Belanda) ataupun dari bangsanya sendiri. Ujian dan tantangan itu tidak sedikit menuntut korban harta dan nyawa. Selain itu dalam sejarah Indonesia juga mencatat telah berdiri tiga negara yang berlainan ideologi dan cita-citanya.
Kaum komunis menganggap, bahwa kemerdekaan Indonesia hanya merupakan“tangga” menuju “Republik Sovyet di Indonesia”. Dan bagi kaum Muslimin selalu tertanam keyakinan, bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan “Jembatan Emas” menuju ke arah Dar al-Islam dan Dar as-Salam.15
Di sini kita akan batasi dengan hanya tiga negara saja, berdasarkan ideologi yang berbeda “jauh”. Masing-masing mempunyai induk organisasi serta basis rakyat pendukungnya. Adapun selain dari tiga negara tersebut dapat kita kategorikan negara yang dibuat oleh bekas penjajah Belanda, seperti Negara Pasundan, Indonesia Timur, Republik Maluku Selatan (RMS). Dan sisanya merupakan negara yang disebabkan oleh sebab-pribadi maupun golongan yang tidak sejalan dengan presiden RI ketika itu, seperti PRRI/Permesta.
Negara yang kita maksudkan ialah: Republik Soviet (komunis) Indonesia,16 Negara Islam Indonesia (NII) dan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Republik Soviet (Komunis) Indonesia
18 September 1948
Sudah diketahui secara umum mengenai cita-cita utama kaum komunis dan partainya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Dari perjalanan sejarahnya yang panjang tercatat beberapa “usaha” yang mereka lakukan dalam bentuk pemberontakan:
  1. Kudeta (pemberontakan) komunis pertama tahun 1926, zaman penjajahan Belanda, merupakan bukti nyata keinginan mereka.
  2. Kudeta kedua, di masa revolusi nasional tengah bergelora. Peristiwa ini terjadi di Banten, awal tahun 1947.
  3. Usaha perampasan kekuasaan ketiga kalinya, agak besarbesaran, dengan kekuatan senjata, semasa RI berpusat di Jogyakarta. Pemberontakan ini berlangsung tidak lama setelah kudeta kedua yang gagal.
  4. Kudeta keempat yang dikenal sebagai “Madiun Affaire”.17 Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya negara Republik Soviet (Komunis) Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso, seorang tokoh Partai Komunis Indonesia dengan dukungan Menteri Pertahanan ketika itu. Republik ini hanya dapat bertahan 10 hari (2 minggu), dan berakhir dengan tewas pimpinannya. Lalu sebelas pimpinan kelompok kiri ini dieksekusi, termasuk Mr. Amir Syarifuddin Harahap, mantan Perdana Menteri RI yang dieksekusi pada 20 Desember 1948, atas perintah Kol. Gatot Subroto.18
  5. Kudeta ke lima tercatat tahun 1949 dan seterusnya hingga yang terakhir yang dikenal sebagai Gerakan 30 September 1965 (G30S).19
Ada beberapa sebab utama kegagalan kaum komunis di Indonesia dalam upaya untuk mendirikan negara komunis, diantaranya:
  1. Kaum komunis dan partai-partainya sangat agresif dalam mencapai cita-citanya tanpa memperhitungkan korban jiwa
    manusia atau harta rakyat. Bagi mereka, korban dalam rangka mencapai yang “lebih baik” dari cita-cita mereka, hanyalah angka-angka belaka.
  2. Paham (ideologi) komunis yang anti Tuhan tidak mempunyai akar dalam budaya bangsa Indonesia, dimana penganut Islam merupakan mayoritas.
  3. Kaum komunis tidak segan membinasakan kawan seiring sejalan atau sanak saudara sebangsa yang mereka anggap sebagai penghalang perjuangan partai
Untuk keperluan dalam tulisan ini kudeta ke empat tersebut di atas yang berusia singkat itu, kita catat dan kita nilai sebagai fakta telah “terwujudnya” negara komunis di Indonesia. Pemberontakan tersebut mengorbankan orang-orang sipil, militer, dan alim-ulama bangsa Indonesia.

Kamis, 08 Mei 2014

sejarah yunani


Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode Yunani Arkais pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno dan dimulainya Abad Pertengahan Awal.[1] Peradaban ini mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik, yang mulai berkembang pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Pada periode klasik ini Yunani dipimpin oleh negara-kota Athena dan berhasil menghalau serangan Kekaisaran Persia. Masa keemasan Athena berakhir dengan takluknya Athena kepada Sparta dalam Perang Peloponnesos pada tahun 404 SM. Seiring penaklukan oleh Aleksander Agung, kebudayaan Yunani, yang dikenal sebagai peradaban Hellenistik, berkembang mulai dari Asia Tengah sampai ujung barat Laut Tengah.
Istilah "Yunani Kuno" diterapkan pada wilayah yang menggunakan bahasa Yunani pada Zaman Kuno. Wilayahnya tidak hanya terbatas pada semenanjung Yunani modern, tapi juga termasuk wilayah lain yang didiami orang-orang Yunani, di antaranya Siprus dan Kepulauan Aigea, pesisir Anatolia (saat itu disebut Ionia), Sisilia dan bagian selatan Italia (dikenal sebagai Yunani Besar), serta pemukiman Yunani lain yang tersebar sepanjang pantai KolkhisIllyriaThrakiaMesir,KyrenaikaGalia selatan, Semenanjung Iberia timur dan timur laut, Iberia, dan Taurika.
Oleh sebagian besar sejarawan, peradaban ini dianggap merupakan peletak dasar bagi Peradaban Barat.[2][3][4] Budaya Yunani memberi pengaruh kuat bagi Kekaisaran Romawi, yang selanjutnya meneruskan versinya ke bagian lain Eropa. Peradaban Yunani Kuno juga sangat berpengaruh pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19di Eropa dan Amerika.

Jumat, 02 Mei 2014

klaim

21 Oktober 2013

Nomor  :  128/PG/X/2013                                                      


Kepada
CV UDANG
Jalan Salmon No. 227
Bandung


Hal          :  Pengaduan Kerusakan Barang




Dengan hormat,

Barang pesanan dari Saudara yang berupa 500 kg kerupuk udang telah kami terima. Atas pelayanan Saudara, kami sampaikan terima kasih.

Pada waktu barang pesanan dibuka, kami sedikit kecewa karena ternyata terdapat kerupuk udang yang hancur sebanyak 27 kg, sehingga tidak dapat dijual.
                                                                
Oleh sebab itu dengan sangat menyesal, kami menyatakan bahwa kerupuk udang yang hancur akan kami kembalikan, kami mohon Saudara mengirimkan kerupuk udang yang masih utuh. Bersama ini pula kami lampirkan faktur pembelian barang tersebut untuk lebih mempermudah penyelesaian persoalan tersebut.

Atas perhatian Saudara, kami sampaikan terima kasih.


Hormat kami,
TOKO ERNA





APRILIA SETIYA RAHARJA
Pemilik

Jumat, 04 April 2014

MANAJEMEN

Manajemen


30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli Document Transcript

  • 1. 30 Definisi Manajemen Menurut Para Ahli 1. Henry Fayol: “Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Sedangkan fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.” 2. James A.F. Stoner (2006:Organisasi.org) “Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya”. 3. Mulayu S.P. Hasibuan (2000:2) “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai satu tujuan.” 4. T.Hani Handoko (2000:10) “Manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, kepemimpinan dan pengawasan.” 5. Marry Parker Follet “Manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain” 6. Prof. Oie Liang Lee “Manajemen adalah ilmu dan seni mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. 7. The Liang Gie, 1982 ” Manajemen adalah unsur yang merupakan rangkaian perbuatan menggerakkan karyawankaryawan dan mengarahkan segenap fasilitas kerja agar tujuan organisasi yang bersangkutan benar-benar tercapai.” 8. George R. Terry, 1994 Manajemen dalam bukunya Principles of Management yaitu "Suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demmi mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya". 9. Dr. Sp. Siagian dalam buku “FILSAFAT ADMINISTRASI”
  • 2. “Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain” 10. Ordway Tead yang disadur oleh Drs. He. Rosyidi dalam buku “ORGANISASI DAN MANAGEMENT“ “Manajemen adalah “Proses dan kegiatan pelaksanaan usaha memimpin dan menunjukan arah penyelenggaraan tugas suatu organisasi di dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.” 11. Renville Siagian “Manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan dan dikelola oleh para tenaga ahli terlatih serta berpengalaman.” 12. Richard L.Daft (2002:8) “Manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya organisasi.” 13. Oxford “Manajemen ialah the process of dealing with or controlling people or things (proses berurusan dengan atau mengendalikan orang atau benda).” 14. Horold Koontz “Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.” 15. Lawrence A. Appley “Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.” 16. Hilman “Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.” 17. Menurut Ricky W. Griffin: “Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.”
  • 3. 18. William H. Newman: “Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil tertentu melalui orang lain.” 19. Drs. Oey “Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan.” 20. Prof. Eiji Ogawa “Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatankegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.” 21. Federick Winslow Taylor “Manajemen adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk menghadapi setiap persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan organisasi lain)atau setiap system kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa seorang sarjana dan dengan menggunakan alatalat perumusan.” 22. Lyndak F. Urwick “Manajemen adalah Forecasting (meramalkan), Planning Orga-nizing (perencanaan Pengorganisiran), Commandin (memerintahklan), Coordinating (pengkoordinasian) dan Controlling (pengontrolan).” 23.Cyril O’donnel “Dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management” mengemukakan, manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain.” 24. Ensiclopedia of The Social Sciences “Manajemen diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan dan diarvasi.” 25. Gordon (1976) dalam Bafadal (2004:39) “Menyatakan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu.” 26. Millet (1954)
  • 4. “Manajemen adalah proses memimpin dan melancarkan pekerjaan dari orang-orang yang terorgasisir secara formal sebagai kelompok untuk memperoleh tujuan yang diinginkan.” 27. Davis (1951) “Manajemen adalah fungsi dari setiap kepemimpinan eksecutif dimanapun.” 28. Kimball and Kimball (1951) “Manajemen terdiri dari semua tugas dan fungsi yang meliputi penyusunan sebuah perusahaan, pembiayaan, penetapan garis-garis besar kebijaksanaa,penyediaan semua peralatan yang diperlukan dan penyusunan kerangka organisasi serta pemilihan para pejabat terasnya.” 29. Peter Drucker “Dalam buku “The Principles of Management” yang ditulis oleh pencetus teori bisnis Amerika yang meraih penghargaan Presidential Medal of Freedom di tahun 2002 ini, manajemen adalah organ yang memiliki banyak tujuan untuk mengelola bisnis serta mengelola manajer dan juga mengelola pekerja dan bekerja.” 30. Chaster I Bernard : “Manajemen adalah seni dan ilmu,” http://www.linkedin.com/analytics/noauthtracker?pageType=full_page&type=leo.pageTracking&pageKey=sld_slideshow_jsbeacon

Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen

Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir.[6] Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi moderen saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.[rujukan?]
Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era moderen.[

Fungsi manajemen

  1. Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.[rujukan?] Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20.[rujukan?] Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga[rujukan?], yaitu: Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
  2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
  3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

Fungsi dan Tujuan Manajemen

Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manajemen itu sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi yang terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.
Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di antaranya yaitu :
1. Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam “Management Principles and Management”, fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
2. Menurut George R. Ferry (1990) dalam “Principles of Management”, proses manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pelaksanaan (Activating).
3. Menurut H. Koontz dan O’Donnel (1991) dalam “The Principles of Management”, proses dan fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pengarahan (Directing)

Prinsip manajemen

Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
  1. Pembagian kerja (division of work)
  2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
  3. Disiplin (discipline)
  4. Kesatuan perintah (unity of command)
  5. Kesatuan pengarahan (unity of direction)
  6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests)
  7. Pembayaran upah yang adil (renumeration)
  8. Pemusatan (centralisation)
  9. Hirarki (hierarchy)
  10. Tata tertib (order)
  11. Keadilan (equity)
  12. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
  13. Inisiatif (Inisiative)
  14. Semangat kesatuan (esprits de corps)